Ketika berselisih atau bersengketa, dipastikan banyak unek- unek yang ingin kita lampiaskan ketika bertemu dengan pihak lawan. Makanya tidak heran ketika pertemuan perundingan dilaksanakan, masing-masing pihak menyampaikan apa yang dirasakan, dialaminya dan dilihatnya. Terkadang tercampur aduk antara perasaan, masalah pribadi, opini dan fakta, karena itu ketika perundingan dilakukan akan terasa sulit untuk menentukan apa sebenarnya masalah bersama yang akan dijadikan agenda perundingan, sehingga dengan sendirinya juga sulit untuk menyepakati skala prioritas masalah yang akan dirundingkan. Akibatnya perundingan banyak berakhir pada kebuntuan (dead lock).
Bahkan dalam perundingan yang dibantu pihak ketiga netral (Mediator/Fasilitator) terkadang membutuhkan proses berliku untuk bisa sampai pada keberhasilkan membawa para pihak menyepakati rumusan masalah bersama, agenda dan skala prioritas.
Karena itu, bagi pihak yang akan menempuh jalan penyelesaian masalah dengan perundingan maka hendakny harus sejak awal membuat daftar masalah yang benar-benar relevan untuk didorong menjadi agenda perundingan, termasuk skala prioritasnya. Sedemikian rupa untuk tiap masalah sudah dibuat opsi-opsi alternatif yang akan ditawarkan dalam pertemuan perundingan. Lalu yakinkan lawan runding kita untuk menyepakatinya menjadi masalah bersama. Jikapun harus dilakukan penyesuaian redaksional, maka kita harus siap, namun redaksionalnya harus tidak jauh keluar dari subsatansi yang kita inginkan. Kesampingkan sentimen pribadi dan opini yang bisa menyebabkan gagalnya perundingan. Sebelum perundingan dilaknakan pelajari sebaik mungkin cara pikir lawan runding kita, sehingga kita bisa mengemas tawaran redaksional rumusan masalah menggunakan bahasa yang familiar bagi lawan runding kita.
Salam Damai Harmoni